Jumat, 07 Januari 2011

Pulau Peucang - Taman Nasional Ujung Kulon

Pulau Peucang terletak di Taman Nasional Ujung Kulon, sekitar 3 jam dari desa terdekat Desa Sumur dengan menggunakan kapal ke Pulau Peucang.

Waktu tempuh dari Jakarta ke Sumur sekitar 6 jam, melalui jalur Serang-Pandeglang-Labuan. Kondisi jalan sempit, berliku dan berlubang. Kemudian kami menyeberang dengan kapal menuju Pulau Peucang sekitar 3 jam.
Pulau Peucang merupakan bagian dari Taman Nasional Ujung Kulon yang terletak Timur Taman Nasional Ujung Kulon. Untuk masuk kawasan ini, pengunjung cukup membayar Rp 2.500 per orang. Di sini juga tersedia penginapan, yang harganya cukup bervariasi, Flora A Rp 780.000,- (6 kamar, AC), Flora B Rp 680.000,- (6 kamar, AC), Fauna Rp 400.000,- (8 kamar).Ada juga hitungan berdasarkan perkamar, yaitu Rp Rp 150.000,- Rp 250.000,- perhari (tanpa AC) (sumber : http://harjo.wordpress.com/2008/05/28/keindahan-pulau-peucang/). Ditempat penginapan ini kami dapat melihat rusa, monyet dan babi hutan yang jinak.

Posisi pulau tersembunyi, seolah-olah berada diantara gerbang masuk dari Sumur (*Pulau terdekat dengan Sumur adalah Pulau Umang) dan gerbang keluar ujung dari Pulau Jawa menuju samudra Hindia. Karena diposisi yang terapit ini, kondisi lautnya menjadi tak berombak, sangat tenang dengan pasir putih yang landai aman untuk berenang. Pasirnya putih, dan gradasi warna laut kehijaun, biru hingga biru tua sangat jernih, dikelilingi oleh hutan.
Perjalan kami dimulai dari sekitar pukul 6 pagi dari Jakarta dan tiba di Pulau Peucang 3 sore, bulan Desember adalah musim penghujan. Tiba di penginapan Flora B disambut dengan hujan yang tiada henti hingga sekitar pukul 10 malam. Wah hampir saja kami kecewa karena tidak dapat menikmati pantai dimalam hari. Namum berangsur hujan pun reda, bergegas kami ke pantai, leye-leye, ngobrol-ngobrol menunggu pukul 12:00 tepat pergantian tahun 2009-2010. Ya kami merayakan pergantian tahun di Pulau Peucang.
12:00 kurang 30 menit kami tak sabar menyalakan kembang api ala kadarnya, namum pada jam 12:00 tepat ternyata “tetangga” kami menyalakan kembang api yang spektakuler, wah ngga berasa dipulau terpencil.
Monyet-monyet didekat penginapan kami ini nakal-nakal, pagi-pagi jam 7 saya lihat segerombolan monyet sedang asik mengacak-ngacak serambi penginapan.
Tak sabar melihat pantai dipagi hari, saya langsung menuju pantai dan wooooww, walau cuaca mendung tak menghalangi saya untuk berenang-renang dipantai  yang begitu tenang dan biru, seakan-akan berada dikolam renang saja piker saya. Sekitar pukul 9 pagi kami berkeliling dengan kapal mencari spot snorkeling, sayang bukan hari beruntung kami untuk mencari spot snorkeling karena musim hujan ombak kurang bersahabat dan keruh, sehingga harus cukup puas dengan spot snorkeling di pantai panyawaan (*kalau tak salah ingat namanya Panyawaan) adalah wild zone ditaman nasional tersebut. Disebut wild zone karena banyak terdapat binatang liar dan buas dan menurut orang sana macan pun masih ada. Kembalilah kami ke penginapan untuk makan siang dan kemudian ber-kapal ria menuju ujung dari Pulau Jawa, Tanjung Layar.


Tanjung Layar adalah terujung dari Pulau Jawa, lepas menuju Samudra Hindia. Selayaknya
gerbang ke luar dunia lain, di Tanjung Selayar ini terdapat Pulau kecil yang konon bekas penjara jaman Belanda yang rusak dan menjadi pulau karena terkena bencana Krakatau.
Ombak setinggi 3 meter menghujam kapal kami. Nenek moyang ku seorang pelaut tak berlaku bagi kami-kami ini, dan kami memutuskan untuk memutar balik kapal menuju perairan yang lebih tenang. Dan menuju Karang Copong, namum sama halnya dengan ombak di Tanjung Layar tadi dengan ketinggian 3 meter dan kami memutuskan tidak jadi melanjutkan perjalanan ke karang tersebut. Maksud hati ingin melihat sunset namun apa daya ombak dan mendung tak mendukung.
Sebetulnya untuk menuju Karang Copong dapat ditempuh melalui tracking hutan di Pulau Peucang berjalan selama 3 jam.
Acara hari ke 3 adalah melihat banteng dan canoeing di Pulau Daon. Canoe hanya cukup dimuati oleh sekitar max. 4/5 orang, pagi itu muara di Pulau Daon sedang pasang dengan ketinggian pasang sekitar 4 meter, hingga kami tak dapat melihat dasar dari hutan bakau serta binatang-binatang dibawah akar belukar hutan bakau tersebut. Usai canoeing dilanjutkan dengan jalan menuju savanna untuk melihat banteng, sekitar 30 menit dari darmaga Pulau Daon menuju savanna. Kebetulan kami melihat sekumpulan banteng betina yang warnanya berbeda dengan banteng jantan. Banteng betina memiliki warna seperti lembu, coklat sementara banteng jantan hitam.
Pukul 2 siang kami kembali ke Sumur sepanjang perjalanan ombak tak henti-henti menghatam kapal, juga tak henti-henti hujan rintik. Tiba dengan selamat di Sumur, istirahat sekitar 1 jam dan lanjut perjalanan menuju Jakarta.
Kami menikmati  makan malam kami di Bu Entin.
Labuan hanyalah kota kecamatan di kawasan pantai barat Banten. Tidak jauh ke sebelah selatan dari pantai Carita yang belakangan lebih terkenal itu. Namun kalau kebetulan pergi berlibur ke pantai Carita, sebaiknya jangan lewatkan untuk mampir ke Labuan, lalu carilah Rumah Makan Bu Entin di Jalan Raya Labuan Encle. Kalau kesulitan, tanya saja sama orang lewat di sana pasti tahu tempatnya. (http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=8213.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar